Dikisahkan bahwa Putri Serindang Bulan mampu hidup mandiri selama masa pengembaraan (pembuangan). Di ujung ceriteranya, Putri Serindang Bulan bertemu dengan Raja Inderapura. Dan Cerita rakyat : Suku Rejang (Bengkulu, Sumatera bagian Selatan) Cerita ini berasal dari Suku Rejang. Dahulu di sebuah desa terpencil
LampiranKeputusan Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 0263/E5/2014 Tentang Penetapan Penerima Hibah Penelitian, IbM Kelompok Tani Ikan Pandenen Maju dan Telage Kambui di Desa Tenembak Lalang Kecamatan Lawe Bulan Kabupaten Aceh Tenggara. Ipte ks Ba gi Ma s ya ra ka t. Status usulan: Baru. 370 NO. BUDI RAHAYU
- Explore GWI - Mall Pariwisata's board "Cerita Rakyat Indonesia" on Pinterest. See more ideas about bengkulu, riau, jambi.
Unknown 02.34. Indonesia. Beberapa Cerita Rakyat Di Indonesia Yang Terkenal - Cerita-cerita rakyat adalah cerita-cerita yang kita warisi turun-temurun daripada datuk nenek kita. Semua bangsa mempunyai cerita rakyat masing-masing. Walaupun pada asalnya cerita rakyat diwariskan dari mulut ke mulut, tetapi banyak cerita rakyat kini sudah dibukukan.
CeritaRakyat Putri Gading Cempaka berasal dari daerah Bengkulu Utara. Putri Gading Cempaka adalah putri bungsu dari Raja Ratu Agung. Asal Mula Nama Bengkulu; Putri Serindang Bulan Putri Gading Cempaka, Cerita Rakyat Bengkulu salam fastpay. Anggy SyahPutra (Nabil Olshop) Fitur; Fee Penjualan Barang (rata2/trx) Fee Pesawat (NTA/booking) Fee
ard2SZ. Alkisah dahulu kala di Bengkulu hidup tujuh perempuan bersaudara. Mereka merupakan putri Raja Wawang. Dari ketujuh bersaudara, Putri Serindang Bulan merupakan putri paling bungsu. Putri Serindang Bulan juga terkenal paling cantik. Telah banyak laki-laki ingin meminangnya tapi selalu ia tolak dengan alasan tidak ingin melangkahi keenam kakaknya. Keenam kakaknya sebenarnya berencana menikah setelah Serindang Bulan menikah. Mereka kemudian meminta agar Serindang Bulan Menikah terlebih dahulu. “Wahai adikku, sudah banyak laki-laki ingin meminangmu. Segeralah menikah. Jangan kuatir, kami semua akan menyusul menikah.” ujar kakak tertua. “Baiklah kakakku tersayang, Aku akan menikah. Aku berharap kakak semua cepat mendapat jodohnya.” Putri Serindang Bulan menyanggupi. Raja Wawang kemudian segera menyebarkan berita bahwa putri bungsunya, Serindang Bulan, telah siap untuk menikah. Para pemuda merasa gembira. Tidak lama, seorang Pangeran Tampan datang menemui Raja Wawang untuk melamar Putri Serindang Bulan. Putri Serindang menerima pinangan sang Pangeran Tampan. Kemudian pihak Kerajaan segera menyiapkan pesta pernikahan meriah. Serindang Bulan Terkena Penyakit Aneh Tiba-tiba kejadian aneh menimpa Putri Serindang Bulan. Menjelang pernikahan, wajahnya berubah menjadi buruk. badan sang putri juga dipenuhi penyakit kulit. “Ada apa dengan tubuhmu, wahai Putri? Tubuhmu terkena penyakit kulit.” tanya Sang Pangeran keheranan. “Aku juga tidak tahu. Saat bangun pagi, tiba-tiba wajahku menjadi buruk, tubuhku dipenuhi penyakit kulit.” ujar Putri Serindang Bulan. Pangeran menjadi merasa kecewa sehingga memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Namun anehnya, setelah Pangeran Tampan tersebut pergi, wajah Serindang Bulan kembali cantik. Tubuh sang putri menjadi sehat seperti sedia kala. Setiap ada laki-laki melamar, maka wajah Serindang Bulan akan berubah menjadi buruk, namun akan kembali cantik apabila pernikahan dibatalkan. Hal ini terus terulang hingga sembilan kali. Pihak keluarga terutama keenam saudarinya merasa malu. Disingkirkan Oleh Kakak-Kakaknya Pada suatu hari, keenam saudari Serindang Bulan mengadakan rapat rahasia. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa mereka harus menyingkirkan Serindang Bulan karena dianggap sebagai sumber masalah bagi kerajaan. Salah satu dari mereka, yaitu Karang Nio, awalnya menolak untuk menyingkirkan Serindang Bulan. Karang Nio memang paling dekat dengan Serindang Bulan. Namun dengan penolakannya, justru Karang Nio mendapat tugas untuk menyingkirkan Serindang Bulan. Kelima kakaknya meminta bukti berupa setabung darah dan irisan bagian telinga Serindang Bulan, sebagai tanda ia telah menyingkirkannya. Dengan berat hati, Karang Nio memenuhi permintaan kakak-kakaknya. Pada suatu hari, Karang Nio mengajak Serindang Bulan berjalan-jalan. Awalnya Serindang Bulan tidak curiga namun, lama-kelamaan Serindang Bulan merasa takut karena Karang Nio mengajaknya masuk ke dalam hutan. Karang Nio terlihat sangat gelisah. Akhirnya ia berterus terang kepada Serindang Bulan bahwa ia mendapat tugas untuk menyingkirkannya. “Kalau memang sudah menjadi keputusan kakak semua, maka lakukanlah tugasmu Kak.” kata Serindang Bulan sedih. Karang Nio akhirnya memutuskan untuk mengelabui kakak-kakaknya. Ia menyembelih seekor anjing hutan. Darah anjing hutan ia simpan dalam tabung. Kemudian ia melukai kuping Serindang Bulan. Kuping putri serindang akan ia bawa sebagai bukti telah menjalankan tugasnya menyingkirkannya. Karang Nio menyuruh Serindang Bulan pergi menaiki rakit dari sungai Ulau Deus. Karang Nio segera kembali ke istana. Sesampainya di istana, ia menunjukan bukti setabung darah serta kuping Serindang Bulan pada kakak-kakaknya. Semua kakaknya merasa senang. Sementara di hutan, Serindang Bulan pergi menaiki rakit di sungai. Ia akhirnya turun di daerah Muara Setahun. Disana, Serindang Bulan memanjat tebing. Di atas tebing, sang putri membuat rumah untuk ia tinggali. Bertemu Tuanku Raja Alam Setahun telah berlalu semenjak Serindang Bulan pergi dari istana. Suatu ketika, sebuah perahu milik Raja Indrapura bernama Tuanku Raja Alam melewati Muara Setahun. Sang Raja melihat sinar kemilau dari atas bukit. Karena penasaran, Raja pun menepi kemudian turun dari perahu. Ia kemudian menaiki tebing sumber sinar kemilau tersebut. Setibanya diatas terbing, Raja melihat sebuah rumah. Sang raja mengetuk pintu rumah. Dari rumah tersebut keluarlah Serindang Bulan yang membuat Raja terkejut. “Wahai gadis jelita, aku tidak menyangka jika cahaya di atas tebing ternyata berasal darimu.” kata Raja. Setelah berkenalan, putri Serindang Bulan kemudian menceritakan kejadian yang menimpanya. Cerita Serindang Bulan membuat Raja terharu kemudian mengajaknya untuk tinggal di Kerajaan Indrapura. Serindang Bulan pun menyetujuinya. Sesampainya di Kerajaan Indrapura, Sang Raja menggelar rapat. Sang Raja menceritakan masalah Serindang Bulan. Raja berkeinginan untuk meminang Serindang Bulan. Para Penghulu Kerajaan mengusulkan untuk melihat situasi selama tiga hari untuk melihat apakah wajah Serindang Bulan akan kembali berubah menjadi buruk. Setelah ditunggu selama tiga hari, ternyata wajah Serindang Bulan tetap cantik. Akhirnya para penghulu menikahkan Raja dengan Serindang Bulan. Putri Serindang Bulan Kembali Bertemu Keenam Saudarinya Para Penghulu meminta Raja untuk memberitahu wali Serindang Bulan. Raja kemudian mengirim utusan ke tempat Raja Wawang untuk memberitahu tentang rencara pernikahan Serindang Bulan dengan Raja Alam. Mendengar kabar tersebut, kakak-kakak Serindang Bulan kaget bukan main. Mereka menyalahkan Karang Nio karena dianggap gagal menyingkirkan Serindang Bulan. “Sudahlah kakak-kakakku. Hentikan pertikaian kita. Sebaiknya mari kita sama-sama pergi menghadiri pernikahan Serindang Bulan.” ujar Karang Nio. Kakak-kakak Karang Nio akhirnya mengiyakan. Lalu berangkatlah keenam saudari tersebut. Sesampainya mereka di Kerajaan Indrapura, mereka langsung bertemu dengan Tuanku Raja Alam. Keenam saudari meminta mahar berupa emas sebagai syarat menikahi adik mereka, Serindang Bulan. Raja Alam menyetujui permintaan mahar dari keenam saudari tapi dengan satu syarat, mereka harus mengenali adik mereka sendiri, Serindang Bulan. Jika tidak, maka mereka semua akan dihukum. Raja kemudian menyiapkan enam orang gadis yang didandani dan wajahnya mirip Serindang Bulan. Mereka dihadapkan pada keenam saudari Serindang Bulan. Keenam saudari Serindang Bulan diminta untuk menunjukkan mana Serindang Bulan asli. Kelima saudari kebingungan karena tidak tahu Serindang Bulan asli. Tapi Karang Nio teringat bahwa ia pernah melukai telinga Serindang Bulan. Dan benarlah, ada satu gadis memiliki bekas luka di telinganya yang berarti dialah Serindang Bulan asli. Akhirnya putri serindang dengan Karang Nio berpelukan sambil menangis melepas rindu. “Bagus. Berarti kalian masih mengenali Serindang Bulan. Aku akan memenuhi mahar dengan memberikan emas permintaan kalian. Saya anggap tidak ada lagi dendam diantara kalian.” kata Raja. Akhirnya Tuanku Raja Alam menikahi Serindang Bulan. Sementara Keenam saudari mendapatkan setabung bambu berisi emas. Serindang Bulan sama sekali tidak menyimpan dendam kepada kakak-kakaknya. Meskipun ia telah menikah dan hidup terpisah dari kakak-kakaknya, namun ia masih sering mengirimi mereka hadiah. Referensi Prahana, Naim Emel. 1988. Cerita Rakyat Dari Bengkulu 2, Jakarta Grasindo Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Buku Pintar. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, Seru. Ular Ndaung Dan Si Bungsu Ular Kepala Tujuh Keramat Riak Putri Gading Cempaka
Bengkulu - Indonesia Rating 46 pemilih Diceritakan kembali oleh Samsuni[1] Putri Serindang Bulan adalah putri ketujuh Raja Mawang yang cantik nan rupawan. Namun, ia memiliki penyakit yang aneh. Setiap kali ada raja yang melamarnya, seluruh tubuhnya tiba-tiba dipenuhi penyakit kusta. Hal itu membuat keenam kakaknya menjadi murka, karena ia menjadi aib bagi keluarga istana. Oleh karena itu, mereka berniat untuk membunuh adik bungsunya itu. Berhasilkah mereka membunuh Putri Serindang Bulan? Ikuti kisahnya dalam cerita Putri Serindang Bulan berikut ini! * * * Alkisah, di daerah Bengkulu, hiduplah seorang raja yang bernama Raja Mawang yang berkedudukan di Lebong. Raja Mawang mempunyai enam putra, dan seorang putri. Mereka adalah Ki Gete, Ki Tago, Ki Ain, Ki Jenain, Ki Geeting, Ki Karang Nio, dan Putri Serindang Bulan. Saat berusia senja dan tidak dapat lagi melaksanakan tugas-tugas kerajaan, Raja Mawang menunjuk putra keenamnya, Ki Karang Nio yang bergelar Sultan Abdullah, untuk menggantikan kedudukannya. Tidak beberapa lama setelah Ki Karang Nio menjabat sebagai raja, Raja Mawang pun wafat. Sepeninggal Raja Mawang, terjadilah prahara di antara putra-putrinya akibat penyakit kusta yang diderita oleh Putri Serindang Bulan. Penyakit itu muncul setiap kali ada raja yang datang melamarnya. Akibatnya, pertunangan pun selalu batal. Anehnya, jika pertunangan itu batal, penyakit kusta itu pun hilang. Peristiwa tersebut tidak hanya sekali terjadi, tetapi berulang hingga sembilan kali. Peristiwa tersebut menjadi aib bagi keluarga istana. Oleh karena itu, keenam kakak Putri Serindang Bulan mengadakan pertemuan untuk mencari cara agar dapat menghapus aib tersebut. “Jika hal ini dibiarkan terus terjadi, nama baik keluarga kita akan semakin jelek di mata para raja. Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah ini?” tanya Ki Gete membuka pembicaraan. Mendengar pertanyaan itu, kelima saudaranya hanya terdiam. Sejenak, suasana sidang menjadi hening. Di tengah keheningan itu, tiba-tiba Ki Karang Nio angkat bicara. “Bagaimana kalau Putri Serindang Bulan kita asingkan saja ke tempat yang jauh dari keramaian,” usul Ki Karang Nio. “Apakah ada yang setuju dengan usulan Ki Karang Nio?” tanya Ki Gete. Tak seorang pun peserta sidang yang menjawab. Rupanya, mereka tidak sepakat dengan usulan Ki Karang Nio. “Kalau menurutku, sebaiknya Putri Serindang Bulan kita bunuh saja,” sahut Ki Tago. Mendengar usulan Ki Tago, para putra Raja Mawang tersebut langsung sepakat, kecuali Ki Karang Nio. Meskipun ia seorang raja, Ki Karang Nio harus menerima keputusan itu, karena ia kalah suara oleh kakak-kakaknya. Dalam pertemuan itu juga diputuskan bahwa Ki Karang Nio-lah yang harus melaksanakan tugas itu. Untuk membuktikan bahwa ia telah melaksanakan tugasnya, ia harus membawa pulang setabung darah Putri Serindang Bulan. Setelah pertemuan selesai, Ki Karang Nio segera menemui Putri Serindang Bulan. Betapa sedihnya hati putri yang malang itu mendengar keputusan kakak-kakaknya. Namun, ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah dan menyerahkan nasibnya kepada Tuhan Yang Mahakuasa Kuasa. “Ya, Tuhan! Lindungilah hambamu yang tidak berdaya ini!” ucap Putri Serindang Bulan dengan air mata bercucuran membasahi pipinya yang berwarna kemerah-merahan. “Maafkan aku, Dik! Aku juga tidak berdaya menghadapi mereka,” ucap Ki Karang Nio seraya menghapus air mata adiknya. Pada hari yang telah ditentukan, Ki Karang Nio pun bersiap-siap untuk membawa adiknya ke sebuah hutan yang sangat lebat untuk dibunuh. Sebelum mereka berangkat, Putri Serindang Bulan mengajukan satu permohonan kepada Ki Karang Nio. “Kak, bolehkah Adik membawa bakoa tempat daun sirih dan ayam hirik peliharaanku?” pinta Putri Serindang Bulan. “Untuk apa, Adikku?” tanya Ki Karang Nio. “Jika Adik telah mati, kuburkanlah bakoa dan ayam hirik ini bersama jasad Adik. Hanya itulah yang Adik miliki selain Kakak,” jawab Putri Serindang Bulan. Setelah berpamitan kepada kakak-kakaknya, Ki Karang Nio dan Putri Serindang Bulan pun berangkat menuju ke hutan. Di sepanjang perjalanan, kedua kakak-beradik tersebut tidak pernah saling menyapa. Hati Putri Serindang Bulan diselimuti perasaan sedih, sedangkan Ki Karang Nio berpikir mencari cara agar adiknya bisa selamat. Setelah berpikir keras, akhirnya ia pun menemukan cara untuk mengelabui kakaknya. Setibanya di tengah hutan, mereka pun berhenti di tepi Sungai Air Ketahun. “Adikku, sepertinya kita sudah terlalu jauh berjalan. Sebaiknya kita berhenti di sini saja!” Seru Ki Karang Nio. “Baiklah, Kak! Silahkan laksanakan tugas Kakak!” seru Puri Serindang Bulan. “Tidak, Adikku! Aku tidak akan sampai hati membunuh adik kandungku sendiri,” kata Ki Karang Nio. “Lakukanlah, Kak! Adik rela mati demi keselamatan Kakak. Jika Kakak tidak membunuh Adik, nyawa Kakak akan terancam. Saudara-saudara kita di istana pasti akan membunuh Kakak,” desak Putri Serindang Bulan. Akhirnya, Ki Karang Nio memberitahukan rencananya kepada Putri Serindang Bulan bahwa ia akan mengelabui kakak-kakaknya. “Aku tidak akan membunuhmu, Adikku! Aku akan membuatkanmu sebuah rakit. Dengan rakit itu, kamu ikuti aliran Sungai Air Ketahun ini. Kakak berharap ada orang yang menolongmu,” ujar Ki Karang Nio. “Tapi, bukankah Kakak harus membawa pulang setabung darah Adik untuk dijadikan bukti kepada mereka?” tanya Putri Serindang Bulan. “Benar, Adikku! Jika kamu tidak keberatan, bolehkah aku menyayat tanganmu? Aku akan mengambil sedikit darahmu dan mencampurkannya dengan darah binatang,” pinta Ki Karang Nio. “Silahkan, Kak! Kakak pun boleh menyembelih ayam hirik ini untuk diambil darahnya!” seru Putri Serindang Bulan. Dengan berat hati, Ki Karang Nio pun menyayat tangan Putri Serindang Bulan. Kemudian, darah yang keluar dari tangan adiknya tersebut ia campurkan dengan darah ayam hirik yang telah disembelih sebelumnya, lalu ia masukkan ke dalam tabung. Setelah itu, ia menyuruh Serindang Bulan untuk naik ke rakit yang sudah disiapkan. “Pergilah, Adikku! Hati-hatilah di jalan! Semoga Tuhan Yang Mahakuasa senatiasa melindungimu!” seru Ki Karang Nio. “Terima kasih, Kak! Semoga kita dapat bertemu kembali,” ucap Putri Serindang Bulan sambil meneteskan air mata. Ki Karang Nio pun tidak mampu membendung air matanya. Ia tidak tega melihat adik yang sangat disayanginya itu hanyut terbawa aliran air sungai. Setelah Putri Serindang Bulan hilang dari pandangannya, Ki Karang Nio pun bergegas kembali ke istana untuk melapor kepada kakak-kakaknya bahwa ia telah melaksanakan tugasnya. Kakak-kakaknya pun mempercayainya dengan bukti berupa tabung yang berisi darah tersebut. Sementara itu, setelah berhari-hari hanyut di sungai, Putri Serindang Bulan akhirnya terdampar di Pulau Pagai, di lepas pantai muara Air Ketahun. Berkat pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa, ia ditemukan oleh Raja Indrapura yang sedang berburu di pulau itu. “Hai, Putri Cantik! Kamu siapa dan kenapa bisa berada di tempat ini?” tanya Raja Indrapura. Putri Serindang Bulan pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya hingga ia berada di tempat itu. Mendengar cerita itu, Raja Indrapura sangat terharu. Akhirnya, ia membawa Putri Serindang Bulan ke istananya di Negeri Setio Barat. Tak berapa lama kemudian, terdengarlah kabar bahwa Raja Indrapura akan menikah dengan Putri Serindang Bulan. Berkat kesaktian Raja Indrapura, penyakit kusta sang Putri tidak pernah kambuh lagi. Berita tentang pernikahan mereka pun sampai ke telinga kakak-kakaknya di Lebong. “Apa, Putri Serindang Bulan masih hidup?” celetuk Ki Gete setelah mendengar laporan dari seorang prajurit istana. Ki Gete dan keempat adiknya sangat marah kepada Ki Karang Nio, karena telah mengelabui mereka. Namun, mereka tidak berani membunuh adiknya itu, karena takut mendapat murka dari Raja Indrapura. Akhirnya, mereka bersepakat untuk menghadiri pesta perkawinan Putri Serindang Bulan dengan Raja Indrapura di Negeri Setio Barat. Ki Karang Nio tidak lupa membawa perselen, yaitu semacam emas sebagai uang jujur Putri Serindang Bulan. Setibanya di pesta tersebut, Putri Serindang Bulan dan Raja Indrapura pun menyambut kedatangan mereka dengan ramah. Bahkan ketika mereka akan kembali ke Lebong, Raja Indrapura menghadiahi mereka berbagai perhiasan emas. Dalam perjalanan pulang ke Lebong, kapal yang mereka tumpangi diterjang badai dan dihempas ombak besar hingga pecah. Mereka terdampar di sebuah pulau yang bernama Ipuh. Semua perhiasan emas pemberian Raja Indrapura tersebut tenggelam di dasar laut, kecuali milik Ki Karang Nio. Rupanya, kelima kakaknya itu iri hati kepada Ki Karang Nio dan berniat untuk membunuhnya, lalu mengambil perhiasannya. Mengetahui niat busuk kakak-kakaknya itu, Ki Karang Nio pun menyampaikan kata-kata bijak kepada mereka. “Hartoku harto udi, harto udi hartoku, barang udi cigai, uku maglek igai.” Artinya “Hartaku harta kalian, harta kalian adalah hartaku, barang kalian hilang, aku memberinya.” Kata-kata bijak Ki Karang Nio tersebut benar-benar menyentuh perasaan kelima kakaknya. Apalagi ketika Ki Karang Nio membagikan hartanya kepada mereka dengan jumlah yang sama, hati kelima kakaknya itu semakin tersentuh karena kemuliaan hati adiknya. “Adikku! Engkau adalah saudaraku yang arif dan bijaksana. Engkau memang pantas menjadi Raja di Lebong,” ucap Ki Gete dengan perasaan kagum. “Benar, Adikku! Kami sangat bangga memiliki adik sepertimu. Kami sangat menyesal karena selalu bertindak kasar terhadapmu. Kembalilah ke Lebong, Adikku! Kami akan tinggal di pulau ini saja,” seru Ki Jenain. Ketika Ki Karang Nio akan berpamitan hendak kembali ke Lebong, salah seorang kakaknya berkata, ”Huo ite saok, kame cigai belek! artinya sekarang ini kita berpisah dan kami tidak akan pulang lagi!” Menurut empunya cerita, kata-kata tersebut menjadi terkenal di kalangan masyarakat Lebong, karena tempat mereka mengucapkan kata-kata tersebut sekarang dinamakan Teluk Sarak. Kata sarak diambil dari kata saok, yang berarti berpisah. Sekembalinya ke Lebong, Ki Karang Nio menikah dengan seorang putri raja dan kemudian dikaruniai dua orang putra, yaitu Ki Pati dan Ki Pandan. Ia memerintah rakyat Lebong dengan arif dan bijaksana. Ketika usianya sudah tua, Ki Karang Nio meminta adiknya, Putri Serindang Bulan yang menjadi permaisuri di kerajaan lain, agar kembali ke Lebong untuk memilih salah seorang putranya yang akan menggantikannya sebagai raja. Akhirnya, ketika kembali ke Lebong bersama suaminya, Putri Serindang Bulan menetapkan Ki Pandan untuk menggantikan ayahnya, Ki Karang Nio. Sementara Ki Pati mendirikan biku di sebuah daerah yang kini dikenal dengan Somelako. * * * Demikian dongeng Putri Serindang Bulan dari daerah Bengkulu. Menurut cerita, Putri Serindang Bulan merupakan lambang kebijaksanaan, keadilan, dan kecantikan di Lebong. Oleh masyarakat setempat, ia juga dijuluki sebei Lebong nenek Lebong. Ia menjadi lambang kebijaksanaan, keadilan, dan kecantikan, karena selain berwajah cantik nan rupawan, ia memiliki sifat yang adil dan bijaksana. Ia juga tidak pernah menaruh dendam kepada kakak-kakaknya yang telah berencana membunuhnya. Selain itu, cerita di atas juga memberikan pelajaran bahwa antarsesama saudara harus saling menyayangi dan melindungi. Hal ini ditunjukkan oleh sifat dan perilaku Ki Karang Nio. Karena sifat kasih sayangnya, ia selalu melindungi adik kandungnya, Putri Serindang Bulan. Bagi orang Melayu, dengan berkasih sayang antarsesama, kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera dapat diwujudkan. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu Tenas Effendy 2006 kalau hidup berkasih sayang, negeri damai, hidup pun tenang kalau kuncup sudah mengembangbanyaklah kumbang datang menyerikalau hidup berkasih sayanghidup tenang makmurlah negeri Samsuni/sas/158/07-09 Sumber Isi cerita diceritakan kembali dari Naim Emel Prahana. “Putri Serindang Bulan”, dalam Cerita Rakyat dari Bengkulu 2. Jakarta Grasindo. Tenas Effendy. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Penerbit AdiCita Karya Nusa. Dibaca kali Hak Cipta Telah Didaftarkan pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonseia Copyrights by Dilarang keras mendownload, menggunakan, dan menyebarluaskan cerita-cerita di website ini tanpa seizin penulis dan Silahkan memberikan rating anda terhadap cerita ini. Komentar untuk "" Berikan Komentar Anda
Berikut ini kumpulan cerita rakyat, dongeng, dan legenda yang ada di tengah-tengah masyarakat Provinsi Bengkulu terletak di bagian barat daya pulau Sumatra, berbatasan dengan Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, dan Sumatera dikumpulkan dari berbagai sumber lihat referensi. Jika ada cerita terbaru, akan segera ditambahkan. Semoga bermanfaat. Konon, dahulu kala berdiri sebuah kerajaan bernama Kutei Rukam yang dipimpin oleh Raja Bikau Bermano. Sang Raja mempunyai delapan orang putra. Suatu ketika, Raja Bikau Bermano hendak melangsungkan upacara perkawinan putranya yang bernama Gajah Meram dengan seorang putri dari Kerajaan Suka Negeri yang bernama Putri Jinggai. Pihak istana kerajaan Kutei Rukam kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk melangsungkan pernikahan semeriah mungkin. Di Provinsi Bengkulu ada sebuah daerah bernama Keramat Riak. Dahulu, daerah tersebut ditinggali oleh sekelompok masyarakat yang dipimpin oleh seorang raja kejam bernama Riak Bakau. Raja Riak Bakau tidak segan-segan akan menghukum siapa saja yang berani menentangnya. Hingga suatu ketika, ada sebuah kejadian yang membuat Keramat Riak berubah menjadi sebuah hutan lebat dan seluruh penduduknya menjelma menjadi kera. Berdasarkan legenda, zaman dahulu kala di Bengkulu, terdapat sebuah telaga. Masyarakat Bengkulu saat itu menyebutnya dengan nama telaga Dewa, karena mereka mempercayai bahwa telaga tersebut merupakan tempat membersihkan diri para dewa dari kahyangan saat bulan purnama. Masyarakat tidak berani mendekati telaga Dewa karena percaya bahwa telaga Dewa merupakan tempat keramat. Menceritakan tentang seekor anak kucing pemalas dan ibunya. Alkisah zaman dahulu, di sebuah hutan lebat, hidup seekor induk kucing dengan anaknya. Si induk kucing sangat menyayangi anaknya, karenanya ia selalu memanjakan anaknya. Setiap hari ia selalu mencari makan untuk anaknya, bahkan ketika anaknya sudah mulai besar. Akibatnya, si anak kucing tumbuh menjadi seekor kucing pemalas. Menurut cerita, kerajaan Sungai Serut menjadi terkenal hingga ke berbagai negeri bukan saja karena kepemimpinan Ratu Agung, tetapi juga oleh kecantikan Putri Gading Cempaka. Meski usia Putri Gading Cempaka baru beranjak remaja, namun kecantikan wajahnya sudah terlihat nampak mempesona bagai bidadari. Sudah banyak pangeran datang untuk meminangnya, namun Ratu Agung menolak semuanya karena sang Putri masih belum cukup umur. Alkisah pada zaman dahulu, hidup seorang raja muda beserta istrinya, bernama Putri Gani. Mereka hidup berbahagia di istana kerajaan bersama dua orang anak mereka, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Halaman istana kerajaan sangatlah luas, dihiasi oleh taman bunga tertata rapi. Di depan halaman istana terdapat sebuah batu besar berwarna kuning gading yang datar permukaannya, bernama Batu Amparan Gading. Raja Muda biasa menghabiskan waktu santainya bersama keluarga dengan duduk-duduk diatas Batu Amparan Gading. Menurut legenda, ada seorang pangeran yang dikutuk menjadi ular. Namun akhirnya sang pangeran berhasil menghapus kutukan setelah menikahi seorang gadis. Ia adalah seorang gadis yang semula hendak meminta bantuan untuk menyembuhkan ibunya yang tengah sakit. Ulang Ndaung menyanggupi membantunya asal si gadis mau memenuhi syarat untuk menjadi istrinya. Alkisah dahulu kala di Bengkulu hidup seorang raja bernama Raja Wawang yang memiliki tujuh orang anak perempuan. Dari ketujuh bersaudara, Putri Serindang Bulan merupakan putri paling bungsu. Putri Serindang Bulan juga terkenal paling cantik. Telah banyak laki-laki ingin meminangnya tapi selalu ia tolak dengan alasan tidak ingin melangkahi keenam kakaknya. Bujang Awang Tabuang adalah tentang seorang pemuda tampan lagi sakti mandraguna. Ia merupakan putra Raja Kramo Kratu Agung dan permaisurinya Putri Rimas Bangesu. Karena dianggap tidak mampu memberikan keturunan, Putri Rimas Bangesu diasingkan ke tengah hutan oleh suaminya sendiri atas nasehat penasehat kerajaan. Kedua orang tua Dimun dan Meterei sangat sibuk bekerja sampai-sampai tidak sempat mendidik anak-anak mereka. Mereka mencari nafkah dengan cara bertani, mencari ikan, dan membuat kerajinan seperti bubu, baronang, serta bakul untuk mereka jual di pasar. Karena kesibukan mereka, sebagai akibatnya, Dimun dan Meterei tumbuh menjadi anak berperangai buruk. Kedua anak mereka sering berkata-kata kasar, mencemooh orang lain, dan sangat nakal. Menurut cerita, asal mula nama Bengkulu berawal saat terjadi peperangan antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Serut. Pangkal masalahnya adalah penolakan lamaran Putra Raja Aceh oleh Raja Anak Dalam Muara Bengkulu, Raja Kerajaan Serut. Peperangan terjadi antara kedua kerajaan tersebut dengan hebatnya tanpa ada pihak menang maupun pihak kalah. Referensi Prahana, Naim Emel. 1988. Cerita Rakyat Dari Bengkulu 2, Jakarta Grasindo Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Buku Pintar. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, Seru.
Uploaded byVevti Alputriana 0% found this document useful 1 vote134 views4 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 1 vote134 views4 pagesPutri Serindang BulanUploaded byVevti Alputriana Full descriptionJump to Page You are on page 1of 4Search inside document You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Dahulu kala di Bengkulu hiduplah tujuh perempuan bersaudara anak dari raja Wawang. Dari tujuh bersaudara itu putri bungsunya yang bernama Putri Serindang Bulan terkenal sangat cantik ,baik hati dan bijaksana. Kecantikan dan kebaikan Putri serindang Bulan sudah terkenal sampai ke pelosok negeri bahkan smpai negeri sebrang , sehingga banyak sekali para pangeran ingin meminangnya. Tetapi , ia selalu menolaknya dengan alasan kakaknya yang harus menikah terlebih dahulu. Keenam kakanya sebenarnya juga sudah memiliki rencana akan menikah setelah putri serindang bulan menikah , maka atas bujukan semua kakaknya , putri serindang bulan akhirnya mau menikah terlebih lama kemudian , datang seorang pangeran tampan melamar putri serindang bulan, sang putri pun dengan senang hati menerima pinangan tersebut. Akan tetapi , menjelang pernikahannya , putri rindang bulan mendadak menjadi buruk rupa , dan tidak satu orangpun tega melihat keadaan pangeran pun kecewa dan membatalkan pernikahannya dengan putri serindang setelah pangeran tersebut memutuskan untuk tidak menikahi dan pergi meninggalkan kerajaan , tiba-tiba wajah Putri serindang Bulan menajdi cantik jelita kembali seperti sedia tersebut terjadi selama sembilan kali. Setiap ada pangeran ingin menikahinya , wajahnya selalu berubah menjadi jelek dan akan kembali cantik jelita bila sang pangeran sudah meninggalkan kerajaan merasa malu akan kejadian itu terlebih-lebih keenam kakaknya. Pada suatu hari keenam saudarinya merencanakan untuk menyingkirkan Putri Serindang Bulan karena diangap sebagai sumber masalah , dan karena Putri serindang Bulan pulalah mereka tidak bisa melangsungkan pernikahan karena merekla sudah berjanji akan menikah setelah adik sulungnya menikah lebih keenam saudarinya menunjuk Karang Nio, salah satu kakanya yang paling dekat dengan Putri serindang Bulan , untuk melakukan aksi jahat itu. Mereka juga meminta bukti setabung darah Putri seindang Bulan , sebagai bukti kalau sang Putri sudah berat hati Karang Nio menyetujui persyaratan itu. Dan pergilah Karang Nio dan putri Serindang Bulan berjalan - jalan ke dalam Putri Serindang Bulan tidak curiga sedikitpun , namun ketika Karang Nio mengajaknya masuk lagi ke dalam hutan yang lebat , ia mulai curiga dan Karang Nio merasa sedih dan tidak tega melihat adiknya ketakutan kan lebatnya hutan , maka dia berterus terang pada adiknya tentang niatnya saat itu , dan keinginan kakak- kakaknya yang lain bahwa ia akan disingkirkan. Mendengar semua cerita kakaknya , Putri serindang Bulan merasa sangat bersedih , karena dia tidak pernah menyangka kalau kakaknya sanggup melakukan rasa sayangnya kepada kakaknya , Karang nio , sang putri pun meminta kakaknya untuk meneruskan rencana itu , karena dia tidak mau kalau Karang Nio akan mendapat masalah di kerajaan nanti dengan saudaranya yang lain. Karena rasa sayangnya kepada Adiknya maka Karang Nio mempunyai akal untuk menggantikan darah adiknya dengan darah anjing hutan , lalu darah itu dimasukkannya dalam tabung sesuai permintaan saudara-saudaranya yang lain. Lalu Karang Nio menyuruh adiknay untuk menaiki rakit guna menyusuri sunga Ulau Deus. setelah beberapa hari , rakit Putri serindang Bulan menepi di daerah Muara setahun dan ia tinggal suati ketika , perahu milik Raja Indrapura bernama Tuanku Raja Alam melewati Muara Setahun. Sang raja melihat sinar kemilau dari atas bukit. Dan rasa penasarannya telah menuntunnya ke atas bukit untuk mengetahui dari mana asal cahaya tersebut, ternayata itu berasal dari dalam rumah Putri Serindang Bulan. Raja alam pun terkejut ketika mengetahui bahwa pemilik rumah tersebut adalah seorang Putri sangat cantik Alam terpesona akan kecantikan Putri Serindang Bulan , dan sang putri pun menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya kepada sang sang Raja mengajaknya untuk tinggal di kerajaan Indrapura. Akhirnya Raja Alampun memutuskan untuk menikahi sang putri , tetapi para penghulu kerajaan menyarankan kepada sang Raja untuk menunggu beberapa hari , apakah wajah sang putri menjadi buruk atau tidak , ternyata setelah ditunggu selama 3 hari , ternyata wajah Putri Serindang Bulan tetap cantik Raja pun senang dan mengutus beberapa utusan untuk memberitahukan kepada Raja Wawang bahwa ia akan menikahi Putri Serindang Bulan. Mendengar kabar bahagia tersebut membuat kaka- kakaknya di kerajaan menjadi sangat terkejut dan bingung, lalu merekapun ramai-ramai menyalahkan Karang Nio yang tidak melakukan apa yang mereka gagal melenyapkan Putri Setindang Bulan untuk selamanya. Dengan perasaan yang tercampur aduk akhirnya mereka berenam datng ke kerajaan Raja Alam untuk menghadiri pernikahan adiknya tentu saja bersama dengan Raja Wawang dan di kerajaan Indrapura keenam saudara Putri serindang Bulan mengajukan mahar yang sangat besar kepada Raja Alam sebagai syarat pernikahan Putri serindang Bulan dan Raja keiinginan mereka akan dipenuhi dengan satu syarat mereka harus mengenali adik mereka sendiri karena jika tidak maka mereka semua akan dihukum. Raja Alam kemudian menyiapaka enam orang gadis untuk didandani menyerupai Putri Serindang saudarinya diminta untuk menunjukkan yang mana Putri serindang Bulan yang kelima saudaranya yang lain gagal mengenali adiknya sendiri kecuali Karang Nio yang berhasil mengenali adiknya Putri serindang Bulan. Akhirnya kelima saudaranya yang lain tidak dihukum , mereka sudah dimaafkan oleh Putri serindang Alampun menikah dengan Putri serindang keenam saudaranya mendapatkan setabung bambu berisi emas sebagai mahar dari Raja Alam.
cerita rakyat bengkulu putri serindang bulan